Inilah
salah satu kebudayaan yang terdapat di gumi sasak "PERESEAN"
yakni sebuah pertarungan antara dua (Pepadu) sebutan untuk petarung dalam
bahasa sasak yang bersenjatakan tongkat rotan (Penyalin) dan menagkis serangan
lawan menggunakan perisai yang di buat dari kulit sapi atau kerbau (Ende).
Peresean
ini melibatkan petarung2 dari berbagai desa. Peresean juga bagian dari upacara
adat di pulau Lombok dan termasuk dalam seni tarian suku sasak. Seni peresean
ini menunjukkan keberanian dan ketangkasan seorang petarung (pepadu), kesenian
ini dilatar belakangi oleh pelampiasan rasa emosional para raja dimasa lampau
ketika mendapat kemenangan dalam perang tanding melawan musuh-musuh kerajaan, disamping itu para pepadu pada peresean ini
mereka menguji keberanian, ketangkasan dan ketangguhan dalam bertanding. Yang
unik dalam pertarungan ini adalah pesertanya tidak dipersiapkan sebelumnya
alias para petarung diambil dari penonton sendiri, artinya penonton saling
tantang antar penonton sendiri dan salah satu pemain akan kalah jika kepala
atau anggota badan sudah berdarah2…
Masing-masing
pepadu/pemain yang akan bertanding membawa sebuah perisai (ende) dengan alat
pemukul yang terbuat dari sebilah rotan, dalam pertanding ini dipimpin oleh
seorang wasit (pekembar). Wasit ini ada dua macam, yakni wasit pinggir dan
wasit tengah. Wasit pinggir (pekembar sedi) yang mencari pasangan pemain dari
penonton yang akan bertarung, sedangkan wasit tengah (pekembar tengaq) yang
akan memimpin pertandingan. Pada umumnya para pepadu yang bertarung oleh
pekembar mempunyai awiq-awiq dengan menggunakan sistem ronde atau tarungan,
masing-masing pasangan bertarung selama lima ronde, yang akhir ronde / tarungan
tersebut ditandai dengan suara pluit yang ditiup oleh pekembar tengaq (yang
memimpin pertandingan). Aturan yang dipakai adalah pemain tidak boleh memukul
badan bagian bawah (kaki/paha) tetapi hanya diperbolehkan memukul tubuh bagian
atas (kepala, pundak, punggung). Jika salah satu pepadu bisa memukul kepala
maka skor yang didapet pasti tinggi, palagi kepala lawan sampe bocor….weeewww …
Peresean ini disamping tongkat pemukul dari rotan yang digunakan oleh
masing-masing pepadu, juga ada musik pengiring yang akan memberikan semangat
kedua petarung sekaligus sebagai pengiring kedua petarung untuk menari. Lho kok
menari..?? Iya menari, itu merupakan jeda istirahat sejenak sebelum melanjutkan
pertarungan sekalian sebagai ajang adu gertakan (psywar) bagi lawan. Jadi
sehabis pertarungan sengit wasit biasanya menghentikan sejenak pertarungan, nah
disanalah kedua petarung menari sambil mempelajari lagi kekuatan lawan.
Alat-alat musik yang digunakan sebagai pengiring terdiri dari gong, sepasang kendang, rincik/simbal kajar serta suling (gamelan).
Peresean sering juga
ditampilkan menyambut tamu-tamu atau wisatawan mancanegara yang datang
berkunjung ke Lombok, dan mereka menilai permainan dan atraksi itu cukup unik
karena kedua petarung saling pukul dengan rotan yang mengakibatkan kepala dan
badannya terluka parah, namun selesai pertandingan mereka saling berpelukan
seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa, atau dengan kata lain tidak ada
dendam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar