Tutorial Blog
Terima kasih anda sudah berkenan mengunjungi blog Kanak Sasak, disini saya akan memberikan informasi dan hal-hal menarik tentang semua hal di pulau Lombik (Sasak) , semoga informasi yang saya berikan dapat menambah wawasan anda tentang Pulau Lombok (Sasak)

Sabtu, 25 Februari 2012

"PERESEAN"

Inilah salah satu  kebudayaan yang terdapat di gumi sasak "PERESEAN" yakni sebuah pertarungan antara dua (Pepadu) sebutan untuk petarung dalam bahasa sasak yang bersenjatakan tongkat rotan (Penyalin) dan menagkis serangan lawan menggunakan perisai yang di buat dari kulit sapi atau kerbau (Ende).
Peresean ini melibatkan petarung2 dari berbagai desa. Peresean juga bagian dari upacara adat di pulau Lombok dan termasuk dalam seni tarian suku sasak. Seni peresean ini menunjukkan keberanian dan ketangkasan seorang petarung (pepadu), kesenian ini dilatar belakangi oleh pelampiasan rasa emosional para raja dimasa lampau ketika mendapat kemenangan dalam perang tanding melawan musuh-musuh kerajaan, disamping itu para pepadu pada peresean ini mereka menguji keberanian, ketangkasan dan ketangguhan dalam bertanding. Yang unik dalam pertarungan ini adalah pesertanya tidak dipersiapkan sebelumnya alias para petarung diambil dari penonton sendiri, artinya penonton saling tantang antar penonton sendiri dan salah satu pemain akan kalah jika kepala atau anggota badan sudah berdarah2…

Masing-masing pepadu/pemain yang akan bertanding membawa sebuah perisai (ende) dengan alat pemukul yang terbuat dari sebilah rotan, dalam pertanding ini dipimpin oleh seorang wasit (pekembar). Wasit ini ada dua macam, yakni wasit pinggir dan wasit tengah. Wasit pinggir (pekembar sedi) yang mencari pasangan pemain dari penonton yang akan bertarung, sedangkan wasit tengah (pekembar tengaq) yang akan memimpin pertandingan. Pada umumnya para pepadu yang bertarung oleh pekembar mempunyai awiq-awiq dengan menggunakan sistem ronde atau tarungan, masing-masing pasangan bertarung selama lima ronde, yang akhir ronde / tarungan tersebut ditandai dengan suara pluit yang ditiup oleh pekembar tengaq (yang memimpin pertandingan). Aturan yang dipakai adalah pemain tidak boleh memukul badan bagian bawah (kaki/paha) tetapi hanya diperbolehkan memukul tubuh bagian atas (kepala, pundak, punggung). Jika salah satu pepadu bisa memukul kepala maka skor yang didapet pasti tinggi, palagi kepala lawan sampe bocor….weeewww … Peresean ini disamping tongkat pemukul dari rotan yang digunakan oleh masing-masing pepadu, juga ada musik pengiring yang akan memberikan semangat kedua petarung sekaligus sebagai pengiring kedua petarung untuk menari. Lho kok menari..?? Iya menari, itu merupakan jeda istirahat sejenak sebelum melanjutkan pertarungan sekalian sebagai ajang adu gertakan (psywar) bagi lawan. Jadi sehabis pertarungan sengit wasit biasanya menghentikan sejenak pertarungan, nah disanalah kedua petarung menari sambil mempelajari lagi kekuatan lawan. Alat-alat musik yang digunakan sebagai pengiring terdiri dari gong, sepasang kendang, rincik/simbal kajar serta suling (gamelan).

Peresean sering juga ditampilkan menyambut tamu-tamu atau wisatawan mancanegara yang datang berkunjung ke Lombok, dan mereka menilai permainan dan atraksi itu cukup unik karena kedua petarung saling pukul dengan rotan yang mengakibatkan kepala dan badannya terluka parah, namun selesai pertandingan mereka saling berpelukan seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa, atau dengan kata lain tidak ada dendam.




                                      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar