Tutorial Blog
Terima kasih anda sudah berkenan mengunjungi blog Kanak Sasak, disini saya akan memberikan informasi dan hal-hal menarik tentang semua hal di pulau Lombik (Sasak) , semoga informasi yang saya berikan dapat menambah wawasan anda tentang Pulau Lombok (Sasak)

Selasa, 10 April 2012

Wisata Kuliner di Lombok


Selaku orang Lombok saya tentu bangga dianugrahi alam begitu indah oleh Tuhan. Termasuk alam persawahan yang subur. Pantai-pantai berpasir putih yang menawan. Tradisi masyarakat yang beragam sampai pada warisan kuliner yang menggetarkan lidah bila dimakan.
Bila anda berkesempatan datang ke Lombok, jangan lupa mencicipi beragam makanan khas Lombok. Mulai dari pelecing kangkung, pelecing ayam, ayam taliwang, beberok terong, ikan beberok, bebalung dan nasi puyung.
Disini saya tidak akan membahas kuliner itu satu persatu. Saya hanya akan berbagi cerita dan rasa tentang Nasi Puyung Lombok. Tapi yang jelas beragam kuliner khas itu semuanya menawarkan selera pedas - selara khas Lombok.
Selera yang bisa membuat butiran-butiran keringat anda akan berjatuhan satu persatu hingga tak terasa badan anda tiba-tiba basah dengan keringat. Meski untuk masyarakat yang tidak biasa dengan pedas bisa memilih yang kurang pedas. Masalah harga anda tidak perlu khawatir, cuma Rp.9000,- Cukup murahkan.
Kenikmatan Nasi Puyung berasal dari lauk pauknya yang terbuat dari suwiran daging ayam kampung yang dicampur dengan sambal, kedelai goreng, bawang goreng dan kelapa parut yang dilapisi oleh daun pisang. Lazimnya masakan Lombok yang rata-rata pedes Nasi Puyung pun diracik cukup pedas. Bagi orang Lombok, makan yang pedas dianggap dapat membangkitkan selera makan.
Nama Nasi Puyung berasal dari sebuah nama desa di Lombok Tengah. TepatnyaDesa Puyung, Kec.Jonggat, Lombok Tengah. Di sana hidup seorang ibu yang berdagang nasi bungkus dirumahnya bernama Inaq Isun mulai tahun 80-an.
Inaq Isun orang pertama yang mempopulerkan nasi puyung hingga dikenal luas. Promosinya pun dari mulut kemulut. Kini usahanya diteruskan oleh anak-cucunya. Meski letak rumahnya ditengah kampung, setiap hari para pembeli datang tiada henti dari siang sampai malam. Mereka datang hanya untuk menikmati lezatnya nasi puyungdari pembuatnya utamanya Inaq Isun.
Kini rumah makan yang menyusuhkan nasi puyung sudah mulai tersebar diberbagai tempat, mulai dari Lombok Tengah, Lombok Barat dan Mataram. Khusus di Mataram sudah dibuka belasan rumah makan nasi puyung yang buka dari pagi sampai malam hari.
Kini, pedasnya nasi puyung sudah tersebar kemana-mana. Indicator sederhananya bisa anda buktikan dengan mengetik nasi puyung dialat pencari google, maka tulisan-tulisan yang mengulas nasi puyung akan menyembul kepermukaan.
Untuk itu, bagi anda yang sudah atau ingin datang ke Lombok - kenangan dan liburan anda tidak lengkap bila tidak mencicipi pedas nikmatnya nasi puyung.


Lombok, pulau kecil nan indah hanya berjarak sepelemparan kapal dari Bali. Tempat saya dilahirkan, tempat yang selain terkenal dengan keindahan pantainya juga terkenal dengan kepedasan masakannya. Siapa yang tidak kenal dengan pedasnya cabai kering Lombok yang dikeringkan dalam oven kemudian menjadi bahan dasar makanan nan pedas ayam taliwang dan pelecing kangkung.

Kepopuleran ayam taliwang dan pelecing kangkung seakan "mengaburkan" kekayaan kuliner yang lain di Pulau Lombok. Salah satu favorit saya adalah sate ampet. Sate ampet sebenernya sangat mudah dijumpai di seantero kota Mataram. Banyak yang dijajakan keliling ke sekitaran perumahan, dengan menggunakan "tenggok" berisi puluhan ato ratusan tusuk sate lengkap dengan bakarannya dan belayak. "Tenggok" ini dibawa di atas kepala. Biasanya sang penjual juga melengkapi dagangannya dengan pelecing kangkung. Belayak adalah lontong khas Pulau Lombok yang dibungkus tidak dengan daun pisang tetapi daun kelapa (janur).
ibu penjaja sate bulayak

Jagoan saya untuk sate ampet adalah kumpulan pedagang sate ampet di daerah wisata Suranadi. Suranadi dulu adalah Kaliurang-nya Mataram. Letaknya yang tidak terlalu jauh dari kota Mataram menjadikannya salah satu tempat favorit untuk "melarikan diri" dari kepenatan bekerja. Dulu saat saya masih kecil, udara di tempat ini berasa sangat dingin. Tapi kini sudah terasa panas saat siang hari, walaupun aliran sungai yang mengalir di sana masih terasa sangat dingin .. nyesss..

Ibu-ibu pedagang sate ampet di sini masih konsisten menggunakan "tenggok" untuk dagangannya walaupun mereka tidak perlu lagi berjalan berkeliling untuk menjajakan dagangannya. Terima kasih kepada pemerintah yang telah membangun tempat jajanan yang nyaman buat mereka berjualan di sini.


Di sekitaran pedagang sate ampet ini juga dapat dengan mudah ditemui pedagang oleh oleh makanan

 khas Suranadi. Seperti berbagai jenis dodol dari dodol nangka sampai dodol sarikaya .. pokoknya komplit ..

Kembali ke sate ampet. Sate ampet ini menurut pengamatan saya mempunyai level yang setara dengan sate kere di Jogjakarta. Sate yang dibuat dari sisa sisa daging (bukan daging bekas .. tapi sisa potongan daging) yang kemudian diolah dengan baik... sehingga jadi hidangan yang lezat.

Pilihannya cuman tiga, sate jerohan (biasanya usus sapi), daging atau campur. Daging nya dipotong kecil-kecil cenderung tipis untuk mempercepat proses pemasakannya. Kualitas jerohannya pun tidak main main, usus yang sudah dibersihkan dan dipotong kecil kemudian ditusuki dalam porsi yang mudah dimakan .. menggoda sekali.

Prosesnya sederhana, pilih sate yang disukai kemudian sang penjual akan membakarnya sesuai selera kita mau kering atau cukup sampai matang saja. Kemudian sate akan diguyur dengan bumbu sate ampet yang sebenarnya mirip dengan bumbu ayam taliwang hanya penggunaan santan dalam porsi yang lebih banyak menjadi pembedanya.



Masih di seputaran Suranadi, ada sebuah rumah makan yang sudah berdiri semenjak saya dapat 


mengingatnya. Nama rumah makannya adalah rumah makan Suranadi. Konsep rumah makan keluarga yang sangat nyaman. Kita dapat memilih untuk duduk di dalam rumah makan atau di saung-saung yang berada di area rumah makan. Suasananya kekeluargaan banget, duduk "leyeh-leyeh" di saung di bawah pohon rambutan sambil menunggu datangnya makanan sudah merupakan kenikmatan sendiri.


Kualitas makanannya tentu saja kualitas juara. Menu masakannya pun tidak berubah semenjak saya pertama kali datang kemari. Makanan di pesan dalam set menu. 1 set bisa memberi makan sekitar 3 - 5 orang tergantung kapasitas perut dan taraf "kegembulan". Tiap set cukup menggambarkan keberagaman makanan khas Pulau Lombok. Tiap set terdiri dari pelecing kangkung, ayam pelalah, ayam goreng , telor dadar, sop dan sambal. Kita dapat memesan tambahan ikan goreng atau ikan bakar yang lezat di tempat ini.

Ayam gorengnya juga tidak main main. Ayam yang jelas ayam kampung diberi bumbu ayam goreng biasa kemudian digoreng sampai kering. Tapi di dalam kesederhanaannya inilah terletak kekuatannya. Ayamnya gurih asin menyenangkan. Kalau sampe ada ati ampelanya pasti selalu jadi rebutan buat saya dan adik-adik waktu masih kecil.


Juaranya buat saya adalah ayam pelalah. Ayam kampung yang "disuwir" kecil kecil kemudian dimasak dalam bumbu pedas bersantan yang kemudian diakhiri dengan perasan jeruk limau. Rasanya yang pedas tapi tidak terlalu pedas dengan belaian santan dan tendangan segarnya jeruk limau diakhir membuat sejak kecil saya sudah "berani" makan ayam pelalah. ... Sangat berkesan ...

Pelecingnya? jangan ditanya. Pelecing kangkung di kandangnya dengan segala "kelombokannya". Kangkung mataram yang berukuran jumbo, kacang panjang, dan taoge di beri "tumpukan" sambal kelapa , dilengkapi kacang kemudian diguyur sambel pelecing yang sudah terkenal... pedasnya luar biasa .. klo kita makan dengan tangan jangan lupa untuk mencuci tangan bersih bersih dengan sabun. Kalau tidak, jejak panas cabe dan bau terasi akan terus "menghantui" kita untuk beberapa jam kedepan.

Makanan lombok memang hanya untuk yang berhati dan berperut "berani" tapi begitu kita jatuh cinta .. cintanya sampe mati ...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar